Hacker Menyerang Situs Pemerintah Indonesia - Rabu (30/1/2013)

Ditangkapnya Wildan, hacker peretas situs presidensby.info memancing reaksi dari geng hacker lain. Sejumlah situs pemerintah yang berakhir .go.id satu persatu diserang.
"Government of Indonesia, you cannot arrest an idea NO ARMY CAN STOP US #Anonymous #OpFreeWildan #FreeAnon http://t.co/imUWTM98," demikian pernyataan yang disampaikan hacker.

Hingga Rabu (30/1/2013) dini hari, hacker masih beraksi menumbangkan beberapa situs pemerintah. Sebagian situs tampilannya di-deface dan diganti dengan pesan berisi peringatan. Salah satunya sub domain situs Mahkamah Agung yang beralamat di rakernas.mahkamahagung.go.id yang berhasil diperbaiki.




"Wahai pemerintah, dengar suara ini. Janganlah kau menjadi tirani, dengan membekap kebebasan kami Hacker bukan perusak, Defacer bukan maling dan tukang korupsi Sehingga harus kau pasung di dalam bui.

Wahai pemerintah, bukalah mata dan telinga Kami hanya tunjukkan kelemahan di system anda Supaya anda bisa memperkuat semua akses data Kenapa harus kau hadiahi dengan penjara dan denda.

Wahai pemerintah, harusnya kau bijak dan tidak berpaling Bina kami untuk kembangkan seni hacking Karena kami selalu siap mem-backing Ketika ada serangan defacing dari negara asing."


Demikian bunyi pesan yang ditinggalkan hacker yang menamakan diri sebagai Penjaga Masjid di situs tersebut.

Menurut pantauan Liputan6.com, situs lain milik pemerintah yang sampai saat ini masih terkena deface adalah situs Bappeda yang beralamat di http://bappeda.bireuenkab.go.id.

Tampilan situs tersebut dipermak, hacker meninggalkan pesan berbunyi: "Koruptor dihukum 5 tahun penjara, defacer dihukum 12 tahun penjara". Tampak pula terpampang gambar kartun yang menyerupai tokoh Warkop bernama Kasino dan tulisan berbunyi: Gile lu ndro,.." . Lalu di bagianbawahnya hacker meninggalkan jati diri sebagaiJomblolicious.

Aksi Mendukung Wildan di Twitter
Gerakan mendukung kebebasan Wildan pun menyeruak di situs jejaring sosial Twitter dengan hashtag #OpFreeWildan. Para pengguna Twitter mengkritik sistem penegakan hukum di Indonesia. Berikut beberapa kutipan Twitter tersebut.

@titosniper: Wildan ditangkap dalam senyap. Rasyid Rajasa bebas serasa senyap... Potret hukum Indonesia. #OpFreeWildan
@dimazpamungkas5: cuma deface 6 tahun, korupsi cuma 2 sampai 3 tahun. #OpFreeAnon #OpFreeWildan @anon_indonesia
@An0nPun1shm3nt: Government of Indonesia, you cannot arrest an idea NO ARMY CAN STOP US #Anonymous #OpFreeWildan #FreeAnon pic.twitter.com/imUWTM98


Hacker juga membuat pernyataan/sikap hacker terhadap penahanan Wildan bahkan dibuat. Pesan tersebut dibuat sebagai bentuk solidaritas untuk saudara kami yang ditangkap oleh Cyber Police Indonesia.


Cara Kerja Hacker Menurut Pakar IT (Indonesia):


Melakukan aktivitas meretas website atau mengalihkan Domain Name System atau DNS bisa dilakukan siapapun, kapanpun dan di manapun, tak terkecuali di warnet. Selama tersedia perangkat pendukung seperti komputer yang terhubung dengan internet, pelaku bisa melancarkan "keterampilan digital" untuk melakukan aksi kejahatan cyber maupun mengubah alamat domain internet.

I Made Wiryana, pembuat website presiden Presidensby sekaligus Pakar Telematika Universitas Gunadarma yang dihubungi Okezone, Selasa (29/1/2013) mengatakan bahwa siapapun dapat melakukan pemindahan DNS. Dengan catatan, ia mengetahui program "eksploit" khusus yang digunakan untuk mengubah DNS.

"Selama ia terhubung dengan komputer, serta nyambung ke internet, dapat melakukan pemindahan DNS," jelasnya. Tak terkecuali seorang lulusan SMK, di mana ia bisa saja mendapatkan program tersebut untuk dapat memodifikasi DNS. Menurutnya, program tersebut memang tidak ditemukan secara bebas, melainkan bisa beredar dari tangan ke tangan.

Selain menjelaskan mengenai pengalihan DNS, I Made juga mengimbau khususnya kepada pengguna media sosial seperti Facebook dan Twitter. Untuk tidak tertipu dengan menyediakan celah kerentanan yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan cyber di dunia maya.

"Sosial media, urgennya di pengguna. Pengguna harus lebih aware, karena jebakan lebih banyak," ungkapnya. Ia mengatakan, jebakan tersebut bisa bermacam-macam, mulai dari penawaran hadiah serta gambar penggoda yang menampilkan foto syur.

Misalnya saja, lanjutnya, pengguna mengklik salah satu link penggoda yang menawarkan hadiah tertentu. Ketika ia telah klik link tersebut, pengguna bisa saja memasukan identitas pribadi serta password-nya. Inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pelaku.


Profile Wildan Hacker:

Wildan berasal dari Desa Balung Kulon, Kecamatan Balung, Jember. Sosoknya agak jauh dari IT, karena hanya lulusan SMK Teknologi Pembangunan. Pihak sekolah menduga kemampuan IT diperoleh Wildan secara otodidak.

"Ya mungkin diperoleh dari teman temannya yang mengerti tentang komputer. Sebab di sekolah, prestasi komputernya biasa biasa saja. Apalagi dia kan bukan jurusan komputer, tetapi teknik bangunan," kata Kabag Kesiswaan SMK Teknologi Balung, Sunarso, kepada detikcom, Selasa (29/1/2013).

Sunarso menambahkan, selama mengenyam pendidikan di SMK Teknologi Balung, Wildan dikenal sebagai siswa yang pendiam dan lugu. Dalam keseharian, Wildan justru terlihat aktif di bidang olahraga. "Kemampuan akademik di bidang komputer, ya biasa saja seperti layaknya siswa yang lain," ujar Sunarso.

Bahkan dalam nilai sekolah, Wildan tak pernah mendapat ranking dan belum pernah masuk ke dalam sepuluh besar. Karena itu, Sunarso menduga, kemampuan Wildan dalam komputer diperoleh dengan cara otodidak.

Sementara, orangtua Wildan, Ali Zakfar mengaku selama ini memang tidak mengetahui aktivitas anaknya itu di luar rumah. Yang dia ketahui, selama ini Wildan bekerja menjaga warnet di kawasan Jember kota.

"Dia bekerja di warnet yang ada di jalan Letjend Suprapto Jember. Jadi waktunya memang lebih banyak untuk pekerjaannya itu," tambah Ali.

Wildan ditangkap tim Cyber Crime Mabes Polri beberapa hari lalu. Ia memermak situs www.presidensby.info pada Rabu (9/1/2012) dan meninggalkan jejak dengan menulis 'Jember Hacker Team'.

Berdasarkan pelacakan yang dilakukan Id-SIRTII, lokasi IP Address dan DNS pelaku bukan berasal dari Indonesia, melainkan Texas, Amerika Serikat. Setelah menelusuri dari berbagai segi, polisi akhirnya menangkap Wildan. 

Comments

Popular